Beauties, pernahkah kamu mengalami kesulitan untuk memahami perasaan pasangan? Terkadang, satu obrolan pada pesan teks dari pasangan terasa sangat ambigu, sehingga Beauties menerka-nerka apa yang sedang dipikirkan oleh pasangan kita sebenarnya. Atau mungkin, percakapan langsung dengan pasangan tiba-tiba berubah menjadi penuh kode dan kita tidak benar-benar tahu apakah pasangan sedang marah atau tidak.
Ternyata, fenomena ini mempunyai istilahnya, yaitu ‘Hermeneutic Labor’. Istilah ini pertama kali dipopulerkan oleh Ellie Anderson, seorang asisten profesor filsafat di Pomona College.
Untuk mengetahui lebih lanjut, simak penjelasan terkait hermeneutic labor dari berbagai sumber berikut ini!
Apa yang Harus Diketahui tentang Hermeneutic Labor?
Ilustrasi pasangan/Foto: Freepik/master1305
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, hermeneutic labor membuat salah satu pihak harus menebak-nebak apa isi hati pasangannya. Dilansir dari Washington Post, Anderson menyebutkan bahwa hermeneutic labor melibatkan tiga fase kerja emosional, yaitu:
- Menginterpretasi perasaan pasangan
- Menentukan kapan dan bagaimana membawa percakapan emosional yang sulit dengan pasangan
- Menginterpretasi perasaan sendiri
Anderson menambahkan, hermeneutic labor sering kali dirasakan oleh perempuan yang terpaksa harus menafsirkan emosi dan motif dari pasangan pria yang kurang mampu mengungkapkan perasaan mereka.
Hal ini kemudian bisa berdampak negatif bagi perempuan dengan pasangan heteroseksual, karena upaya mereka mempertahankan hubungan sering ditanggapi sebagai hal yang tidak masuk akal atau mengada-ada.
Maskulinitas Toksik sebagai Penyebab Pria Sulit Mengungkapkan Emosi
Ilustrasi pasangan/Foto: Freepik/timeimage
Ternyata, alasan mendasar mengapa pria sulit untuk mengungkapkan emosi adalah budaya patriarki yang mewajarkan maskulinitas toksik.
Sedari kecil, pria sudah dididik untuk tidak boleh lemah dan cengeng. Kemudian, ketika menginjak usia dewasa dan menjalin hubungan romantis, pria cenderung berpikir mereka harus bertindak sebagai provider dan pelindung untuk pasangannya.
Hal ini dibuktikan oleh pertanyaan kuliah dari seorang profesor psikologi di University of Akron, Ronald Levant. Ia bertanya pada audiens, apakah mereka pernah menjumpai pria yang kesulitan mengungkapkan emosinya. Ternyata, hampir seluruhnya mengakui bahwa mereka pernah menjumpai pria seperti itu.
Cara Mengatasi Hermeneutic Labor
Ilustrasi pasangan/Foto: Freepik/Lifestylememory
Untuk mengatasi pola hermeneutic labor di hubungan interpersonal—utamanya pada hubungan romantis, pertimbangkan untuk memulai dua strategi ini yang dilansir dari Forbes.
- Membagi pekerjaan emosional dengan pasangan. Daripada terlalu lelah berusaha memahami pasangan, ajak pasanganmu untuk dapat bekerja sama saling memberi dukungan untuk kesejahteraan diri masing-masing. Hal ini bisa dilakukan dengan mengambil keputusan keputusan bersama, saling memberi dukungan emosional, dan terlibat secara aktif dalam diskusi terkait topik yang melibatkan perasaan.
- Berlatih untuk mengambil perspektif lain. Berdasarkan studi pada jurnal Research in Personality, pengambilan perspektif merupakan hal yang penting untuk membenahi emosi dan membangun hubungan yang positif. Seseorang yang sudah melakukan pengambilan perspektif ini cenderung dapat lebih memahami dan mempertimbangkan sudut pandang pasangannya. Adapun langkah-langkah yang bisa Beauties terapkan, yaitu belajar mendengar aktif, tidak menghakimi, dan lebih memahami pasangan.
Semoga Beauties dan pasangan bisa membagi tugas dengan baik untuk saling memahami perasaan masing-masing, ya!
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di lumpkinsjail? Yuk, gabung ke komunitas pembaca lumpkinsjail, Lumpkinsjail.org.
(naq/naq)