Aksi keji Israel masih terus berlanjut. Israel melancarkan serangan udara di tenda pengungsian di Rafah, Palestina, Minggu (26/5) malam. Serangan ini memicu kebakaran besar; tenda-tenda terbakar dan menewaskan 45 pengungsi yang didominasi oleh anak-anak dan perempuan.
Kekejaman Israel berlanjut pada Selasa (28/5) malam. Israel kembali membombardir pengungsi Palestina di Rafah dan menewaskan hingga 21 orang serta puluhan lainnya terluka. Sebagaimana diketahui, Rafah adalah tempat pengungsian warga Gaza dari serangan Israel sejak 2023. Pemerintah Israel menunjuk Rafah sebagai wilayah bagi warga Palestina untuk melarikan diri.
Sebelumnya, International Court of Justice (ICJ) atau Mahkamah Internasional mengeluarkan perintah kepada Israel untuk menghentikan serangan mereka di wilayah Rafah. Namun, Israel tetap melancarkan serangan dan menewaskan puluhan pengungsi.
Serangan Terjadi saat Anak-anak Hendak Tidur
Serangan Terjadi saat Anak-anak Hendak Tidur/Foto: REUTERS/Reuters TV
Serangan Israel di tenda pengungsian di Rafah pada Minggu (26/5) terjadi pada saat anak-anak hendak tidur. Para korban yang selamat mengatakan mereka sedang bersiap-siap untuk tidur ketika mendengar serangan yang menghantam lingkungan Tel Al-Sultan, di mana ribuan orang berlindung setelah pasukan Israel memulai serangan darat di timur Rafah lebih dari dua minggu lalu.
“Kami sedang berdoa… dan kami menyiapkan tempat tidur anak-anak kami untuk tidur. Tidak ada yang aneh, kemudian kami mendengar suara yang sangat keras, dan api muncul di sekitar kami,” kata Umm Mohamed Al-Attar, seorang ibu Palestina di rumah sakit, dikutip dari Reuters.
“Semua anak mulai berteriak… Suaranya menakutkan; kami merasa seperti logam akan menimpa kami, dan pecahan peluru berjatuhan ke dalam ruangan,” lanjutnya.
Dari rekaman video yang beredar, serangan Israel membuat api berkobar di tengah kegelapan di tenda pengungsian. Orang-orang berlarian dan berteriak panik. Sekelompok pemuda mencoba menarik lembaran besi bergelombang dan selang dari sebuah truk pemadam kebakaran dan mulai memadamkan api.
Lebih dari separuh korban tewas adalah perempuan, anak-anak, dan orang lanjut usia, kata pejabat kesehatan di Gaza. Jumlah korban tewas kemungkinan akan meningkat dari orang-orang yang menderita luka bakar parah.
Kantor berita Wafa, mengutip Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS), mengatakan bahwa banyak dari mereka yang meninggal “dibakar hidup-hidup” di dalam tenda mereka.
Kengerian di Rafah Usai Serangan Israel
Kengerian di Rafah Usai Serangan Israel/Foto: REUTERS/Mohammed Salem
Horor menyelimuti Rafah usai serangan brutal Israel. Di tengah kekacauan yang terjadi, para pengungsi berlarian dengan panik berusaha menyelamatkan diri.
Seorang remaja perempuan mengatakan bahwa tenda-tenda terbakar dan ia melihat korban tewas dengan anggota tubuh yang tidak utuh, dikutip dari Middle Eeast Eye.
Viral di media sosial seorang pria dilaporkan menggendong seorang anak tanpa kepala dan seorang petugas medis menggendong anak lainnya dengan otaknya yang pecah.
“Saya keluar dari tenda dan melihat api di mana-mana,” kata Mohammad Abo Sebah, seorang saksi mata.
“Seorang gadis muda berteriak, jadi kami membantunya dan saudara laki-lakinya. Ketika kami kembali, perkemahan itu hancur total,” lanjutnya.
Sementara itu, suasana di rumah sakit usai serangan Israel di Rafah dipenuhi isak tangis. Dilansir dari Al Jazeera, seorang gadis yang terluka berteriak kesakitan, matanya terpejam menahan sakit di sekujur tubuh.
Beberapa tempat tidur di dekatnya, seorang balita dengan rambut berlumuran darah terlihat sesak napas, sesekali mengeluarkan tangisan kecil.
Di sekitarnya, beberapa petugas medis membawa tubuh tak bernyawa seorang anak laki-laki yang mengenakan celana pendek dan kaus berlumuran darah ke ranjang rumah sakit, sebelum ia dibungkus dengan kain putih untuk dimakamkan.
Seorang pria tua mendekati anak laki-laki itu, yang ditutupi kain putih, dan berlutut di samping tempat tidurnya, memukuli ubun-ubun rambut putihnya berulang kali karena putus asa.
“Tidak ada tempat yang aman di sini. Tidak ada yang selamat. Bahkan orang mati yang terkubur di bawah tanah pun tidak selamat,” kata Abo Sebah, seorang warga Palestina kepada Middle East Eye.
“Penghancuran, mayat, dan pembunuhan. Inilah hidup kita,” lirihnya.
Israel Sebut Serangan di Rafah Sebagai Kesalahan Tragis
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu/Foto: REUTERS/RONEN ZVULUN
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa serangan udara dari militer Israel yang mematikan di kamp pengungsian Rafah, Gaza selatan, Palestina, pada hari Minggu (26/5) adalah sebuah kesalahan yang tragis.
“Meskipun kami telah melakukan upaya terbaik untuk tidak merugikan mereka yang tidak terlibat, sayangnya kesalahan tragis terjadi tadi malam. Kami sedang menyelidiki kasus ini,” kata Netanyahu tentang serangan tersebut dalam pidatonya di Knesset Israel, Senin (27/5), seperti dilansir CNN.
Aksi keji Israel di Rafah ini menuai kritik tajam dari berbagai negara dan organisasi dunia. Presiden Prancis Emmanuel Macron menyampaikan kemarahan Israel terhadap Rafah.
“Operasi ini harus dihentikan. Tidak ada area yang aman di Rafah untuk warga Palestina,” ujar Macron di X, Minggu (26/5).
Menteri Luar Negeri Irlandia Micheal Martin juga mengutuk serangan Israel di Rafah. Martin mendesak Israel segera menghentikan operasi militer mereka di Gaza.
Sekretaris Jenderal Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) António Guterres mengutuk tindakan brutal Israel yang membombardir Rafah di Gaza selatan pada Minggu (27/5).
“Saya mengutuk tindakan Israel yang menewaskan puluhan warga sipil tak berdosa yang hanya mencari perlindungan dari konflik mematikan ini,” tulis Guterres di akun X.
“Tidak ada tempat yang aman di Gaza. Kengerian ini harus dihentikan,” tambahnya.
Genosida yang dilakukan Israel di Palestina sejak Oktober 2023 hingga sekarang telah menewaskan lebih dari 38.500 warga sipil.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di lumpkinsjail? Yuk gabung ke komunitas pembaca lumpkinsjail, Lumpkinsjail.org.
(naq/naq)