LUMPKINSJAIL.ORG, Jakarta – Penurunan empati yang mengkhawatirkan di kalangan anak muda menjadi masalah yang perlu diatasi. Keterampilan yang terkait dengan empati tidak hanya harus dijadikan nilai inti. Hal ini perlu ada di semua lapisan masyarakat untuk mengurangi bullying di sekolah, internet, di rumah, dan di dunia.
Saat ini kita berada di era Revolusi Industri yang keempat, kecerdasan buatan (AI) semakin cepat, cerdas, dan dapat diandalkan, namun empati adalah sesuatu yang tidak dapat ditiru komputer, yang membuat kita manusiawi. Dan inilah yang membuat kita berbeda dari mesin paling cerdas sekalipun. Empati adalah kekuatan manusia.
Empati dipupuk sejak anak-anak. Anak di bawah 7 tahun biasanya memiliki sifat ke-aku-an atau ego yang lebih dominan. Hal ini sangat wajar. Anak-anak sering belum bisa mengenali perasaannya sendiri, apalagi perasaan orang lain.
Akan tetapi, ketika semakin besar dan umur anak-anak bertambah, harusnya anak mulai punya rasa empati. Sikap keakuan yang dimiliki si anak harusnya bisa diubah menjadi sikap peduli terhadap orang lain.
Apa itu Empati?
Dikutip dari schoolofparenting.id, empati diartikan sebagai sebuah kemampuan untuk memahami situasi dan perasaan yang dialami orang lain kemudian meresponnya dengan perilaku positif. Berbeda dengan simpati yang hanya berupa ketertarikan semata dan tidak diikuti dengan tindakan secara emosional.
Menurut Alzena Masykouri, Psikolog anak dari Klinik Kancil, empati adalah suatu sikap prososial yang seharusnya dimiliki setiap orang. Keterampilan ini tentu tidak datang tiba-tiba. Anak-anak harus dilatih sedini mungkin.
Seperti Apa Peran Orang Tua?
Peran orangtua sangat penting dalam menumbuhkan sikap empati pada buah hati mereka. Sayangnya, tak banyak orangtua yang benar-benar menyadari perannya dalam menumbuhkan sikap empati pada anak.
Sebagian besar orangtua memang lebih fokus melatih kemampuan akademis anak seperti baca, tulis, berhitung. Padahal, empati juga merupakan kemampuan penting yang harus dimiliki anak, terlebih kelak ketika anak sudah dewasa dan berbaur dengan masyarakat.
Bila tidak punya rasa empati, anak akan tumbuh jadi remaja dan orang dewasa yang tidak punya rasa peduli terhadap orang lain. Dan inilah awal dari terciptanya generasi “tukang bully”.
Langkah-Langkah Menumbuhkan Empati
1. Dukung anak untuk mengungkapkan perasaannya
Menumbuhkan rasa empati bisa dimulai dengan mengenalkan beberapa perasaan pada si kecil. Pertama, ajak si kecil mengenali perasaannya sendiri, misalnya sedih, marah, senang, sakit, dan lain sebagainya.
2. Jadilah contoh
Setelah anak mampu mengenali perasaannya sendiri, mulailah ajarkan anak untuk mengenali perasaan orang lain. Misalnya, ketika melihat temannya menangis, ajaklah anak untuk menghibur temannya, bisa dengan memberikan semangat atau memberikan hadiah.
3. Bicarakan tentang perasaan kita dengan mereka dan kontak mata
Bagi anak-anak, praktik menatap mata saat berbicara dengan orang lain dan belajar berdialog juga membantu dalam membangun empatinya.
Dua hal ini sudah banyak digantikan peran oleh gawai. Orang lebih sering berkomunikasi lewat pesan teks daripada berbicara langsung face to face, ini salah satu penyebab maraknya cyberbullying.
4. Latih anak membaca bahasa tubuh dan mimik wajah
Memberikan kesempatan anak untuk berlatih empati sangat penting. Selain orangtua, guru anak di prasekolah atau taman kanak-kanak juga wajib membantu mengembangkan sikap empati anak. Pada praktiknya, tidak ada perbedaan antara anak laki-laki dengan anak perempuan di dalam melatih empati, dasarnya sama.
Itulah beberapa cara untuk menumbuhkan rasa empati pada anak. Semoga bermanfaat.
Pilihan Editor: Ramai Video Remaja Mengolok-olok Anak Palestina, Ini 5 Cara Tanamkan Rasa Empati di Sekolah
SCHOOL OF PARENTING
Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika