Obesitas memiliki dampak buruk bagi kesehatan, seseorang dengan tubuh obesitas biasanya akan lebih mudah terserang berbagai macam penyakit. Karena itu, menjaga pola hidup sehat dengan cara defisit kalori dan rutin berolahraga sangat dianjurkan.
Namun, di beberapa kasus ada sekelompok orang obesitas, yang tidak dapat menurunkan berat badannya meskipun sudah mencoba diet dan olahraga. Biasanya pada kondisi tersebut seseorang yang memiliki BMI (Body Mass Index) di atas 40, akan disarankan oleh dokter untuk melakukan bedah bariatrik.
Lantas, seperti apa bedah bariatrik itu? Serta apa manfaat dan risikonya bagi tubuh? yuk simak penjelasan berikut yang telah dirangkum dari berbagai sumber.
Apa Itu Bariatrik?
Ilustrasi proses bariatrik/Foto: freepik.com/freepik
Bariatrik merupakan tindakan bedah yang dilakukan untuk penurunan berat badan, dengan cara memodifikasi sistem pencernaan seperti lambung dan usus. Metode ini akan mengatur berapa banyak kalori yang dapat dikonsumsi dan diserap tubuh, sehingga dapat mengurangi sinyal lapar yang mengalir dari sistem pencernaan ke otak.
Para ahli kesehatan berpendapat bahwa bariatrik efektif untuk seseorang yangmemiliki BMI (Body Mass Index) diatas 40, atau setidaknya 35 dengan masalah kesehatan terkait kelebihan berat badan. Menurut National Institutes of Health (NIH), hampir tidak mungkin bagi penderita obesitas kelas lll untuk mempertahankan penurunan berat badan hanya melalui diet dan olahraga.
Melansir dari American Society for Metabolic and Bariatric Surgery, bedah bariatrik terbagi menjadi empat jenis, diantaranya:
- Sleeve Gastrectomy
- Roux-en-Y Gastric Bypass (RYGB)
- Adjustable Gastric Band (AGB)
- Biliopancreatic Diversion with Duodenal Switch (BPD/DS)
- Single Anastomosis Duodeno-Ileal Bypass with Sleeve Gastrectomy (SADI-S)
Masing-masing jenis bedah memiliki kelebihan dan kekurangan. Jenis bedah nantinya akan disesuaikan dengan permasalahan dan kebutuhan pasien.
Manfaat Bariatrik
Ilustrasi manfaat bariatrik/Foto: freepik.com/pixel-shot.com
Ketika melakukan bedah bariatrik, otomatis pola makan akan berubah menyesuaikan dengan sistem pencernaan yang telah di modifikasi. Tubuh akan mengalami penurunan berat badan secara bertahap. Lebih dari itu, bariatrik juga memberikan manfaat lain seperti:
- Remisi jangka panjang untuk diabetes tipe 2, pasien dapat mengurangi atau bahkan berhenti meminum obat diabetesnya beberapa bulan setelah operasi, sebab penurunan berat badan bisa memudahkan pengendalian kadar gula darah.
- Meredakan depresi, orang yang menjalani bedah bariatrik mengalami penurunan depresi sebesar 32,7% pada saat operasi, dan penurunan 16,5% dalam rentan waktu 12 bulan setelah operasi.
- Mengobati apnea, bedah bariatrik membuat pernapasan menjadi lebih baik, dan dapat membuat kualitas tidur lebih baik.
- Mencegah terjadinya penyakit jantung, penurunan berat badan setelah bedah bariatrik membuat pasien terhindar dari risiko penyakit jantung.
Risiko Bariatrik
Ilustrasi risiko bariatrik/Foto: freepik.com/creativaimages
Bedah bariatrik memiliki risiko jangka pendek dan jangka panjang yang mungkin dapat terjadi pada pasien. Melansir dari laman situs UPMC Health Plan, beberapa risiko bedah bariatrik jangka pendek meliputi:
- Refluks asam
- Risiko terkait anestesi
- Mual dan muntah kronis
- Pelebaran esofagus
- Ketidakmampuan untuk makan makanan tertentu
- Infeksi
- Obstruksi lambung
- Pertambahan berat badan atau kegagalan menurunkan berat badan.
Sementara risiko yang kemungkinan dapat terjadi dalam jangka waktu panjang, diantaranya:
- Sindrom dumping
- Gula darah rendah
- Malnutrisi
- Muntah
- Bisul
- Sumbatan usus
- hernia
Riwayat kesehatan masing-masing pasien sangat menentukan kemungkinan risiko yang akan terjadi. Bagaimana menurutmu, Beauties?
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di lumpkinsjail? Yuk gabung ke komunitas pembaca lumpkinsjail Lumpkinsjail.org.
(ria/ria)