LUMPKINSJAIL.ORG, Jakarta – Sektor startup masih dianggap sebagai kekuatan penting bagi pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja juga sering menjadi katalisator inovasi radikal, sehingga tetap menarik di kalangan pencari kerja terutama generasi milenial dan generasi z. Beberapa perusahaan rintisan ini juga dipimpin dan didirikan oleh bos startup perempuan yang tentu saja memberi warna
Berikut ulasan Cantika deretan bos startup perempuan yang inspiratif:
Kebanyakan orang tua mungkin memiliki kecenderungan cemas, kurang informasi, dan merasa sendirian saat membesarkan anak. Terlebih lagi, di Indonesia, hanya terdapat sekitar 4.000 dokter anak yang melayani 80 juta anak Indonesia. Hal ini menyebabkan upaya promotif dan preventif terkait pola asuh mungkin belum dapat diakses oleh sebagian besar orang tua.
Hal ini memotivasi Mesty Ariotedjo dan Garri Juanda untuk mengembangkan Tentang Anak. Sebuah aplikasi terpadu yang dapat dipercaya untuk mendukung orang tua dalam merawat anak mereka mulai dari kehamilan hingga lima tahun pertama (masa emas) dan seterusnya.
Dalam rangka merayakan Hari Keluarga Nasional yang jatuh pada tanggal 29 Juni 2024, Google Play berkesempatan berbincang dengan Mesty Ariotedjo mengenai Tentang Anak, aplikasi ekosistem parenting miliknya, berkolaborasi untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya peran keluarga dalam membangun bangsa.
“Kami mengawalinya dengan misi untuk mendorong para orang tua agar percaya diri dan yakin dalam mengasuh anaknya dengan membekali mereka dengan pengetahuan yang relevan untuk terus memantau dan memberikan rangsangan positif bagi tumbuh kembang anaknya,” kata Mesty melalui siaran pers, Senin, 1 Juli 2024.
Di Indonesia, hanya ada sekitar 4.000 dokter anak untuk melayani 80 juta anak Indonesia. Berbagai usaha promotif dan tindakan preventif terkait mengasuh anak belum dapat menjangkau sebagian besar orang tua dan pengasuh. Oleh karena itu, banyak dari mereka yang merasa sendiri, cemas, dan belum paham saat mengasuh anak mereka.
“Aplikasi Tentang Anak ingin mendampingi 30 juta orang tua mengasuh anaknya agar mereka dapat tumbuh sehat dan sejahtera, terutama dalam periode emas dari masa kehamilan hingga 5 tahun pertama. Tentang Anak dikembangkan langsung oleh ahlinya, termasuk dokter anak, psikolog anak, dokter obgyn, bidan, hingga perencana keuangan keluarga dalam satu aplikasi,” ucap Mesty.
Tantangan yang dirasa sulit bagi Mesty ialah bagaimana menjangkau masyarakat luas di Indonesia yang bervariasi dalam penggunaan teknologi. Misalnya, aplikasi versi terbaru belum dapat diunduh ke ponsel mereka karena kemampuan ponsel yang belum memadai atau karena keterbatasan kuota data.
2. Asri Wijayanti – Jahitin
Asri Wijayanti – Jaitin. Dok. Antara
Tidak perlu ribet. Ingin punya busana yang ngetrend plus enak dipakai? Klik “Jahitin” saja. Maksudnya, buatlah baju idamanmu secara daring/online melalui situs jahitin.com. Iya, sekarang, kita bisa meminta dijahitkan baju atau busana lainnya secara daring/online. Siapkan kainnya, pilih modelnya, selanjutnya biar jahitin.com yang menjahitnya.
Adalah Asri Wijayanti, seorang fashionpreneur asal Surabaya yang mengembangkan bisnis fashion dengan cara unik. Ia mengagas starup jahitin.com, yakni layanan jahit online dengan konsep economy sharing, menghubungkan para penjahit dengan pelanggan yang membutuhkan.
Sejak awal, Unit CDC Telkom Surabaya mendampingi jahitin.com lewat program kemitraan dan bina lingkungan (PKBL). Jahitin hingga kini terus bertahan, bahkan semakin berkibar.”Usaha jahit online ini tidak akan seperti sekarang tanpa dukungan akses internet. Tanpa internet tidak akan ada jahitin.com,” ungkap Asri yang kini menjadi CEO itu.
Asri mengaku senang bergabung sebagai mitra binaan Telkom. Ia menjadi lebih semangat membesarkan jahitin.com. Selain memberikan pendampingan, pelatihan dan bantuan permodalan, Telkom juga memberikan pelatihan bagaimana mengurus berbagai perizinan. “Awalnya, waktu kuliah dulu, saya sering kesulitan menemukan penjahit,” katanya tentang awal gagasannya mendirikan jahitin.com.
Apalagi, banyak penjahit rumahan yang enggan mempromosikan jasanya. Dari situlah, pada 2016 muncul gagasan mempertemukan penjahit dengan konsumennya lewat sebuah layanan digital. “Pelanggan pertama jahitin.com adalah teman-teman saya (mahasiswi) di Malang,” kenang Asri. Layanan jahit online semakin disukai netizen, karena praktis, aman dan kualitas jahitannya terjamin.
Cara kerja jahitin.com sederhana, customer mengisi form di situs jahitin.com. Sediakan kain dan tentukan model pakaian yang akan dijahit. Pelanggan bisa mengirimkan kain ke kantor Jahitin.com untuk dipola dan dipotong atau dipola di workshop Jahitin.com. Setelah itu dikirimkan kepada mitra penjahit rumahan yang dipilih.
Bisa juga customer mengunggah foto model baju. Jika sudah pas, konsumen mengirim kain ke alamat penjahit yang sudah dipilih. Pembayaran melalui jahitin.com, bisa dilakukan di muka atau setelah pesanan rampung. Tentu tidak sebatas mempertemukan penjahit rumahan dengan pelanggan, pihaknya terus memantau penyelesaian pesanan. Secara khusus tim jahitin melakukan proses quality control, ketepatan waktu penyelesaian dan proses pembayarannya.
“Enaknya, pelanggan tak perlu keluar rumah, jika diperlukan tim jahitin akan menjemput kain, dan mengantarkan jika pesanan sudah selesai,” ungkap Asri.
Selain menghubungkan pelanggan dengan penjahit, jahitin.com juga membuka Jahitin Academy, yakni pelatihan khusus untuk para penjahit. “Jahitin.com memang baru bisa diakses melalui website. Harapannya sih, jahitin.com bisa membuat aplikasi, jadi semua bisa diatur melalui aplikasi itu, dan bisa merambah ke banyak tempat lagi,” jelas Asri.
Cita-cita Asri tidak hanya mempertemukan supply dan demand, ia juga terpanggil untuk meningkatkan kesejahteraan para penjahit. Saat ini jahitin.com mengelola tak kurang dari 2.000 penjahit rumahan yang tersebar di seluruh Indonesia dengan omset sekitar Rp3 Miliar per bulan.
Asri berharap UMKM binaan Telkom yang memiliki line bisnis di bidang fashion bisa bersinergi dengan jahitin.com. “Kita bersinergi agar lebih efisien dan memperluas pasar,” katanya. Asri menjelaskan, pihaknya juga menyediakan layanan Jahitin Store, yang menyediakan peralatan dan material yang diperlukan dalam menjahit, termasuk pola, kain, label merek dan sebagainya.
Jahitin.com hingga kini terus bertahan, bahkan semakin berkibar. UMKM ini juga tetap setia kepada misi pemberdayaan ekonomi yang dianut. Di masa pandemi ini jahitin tetap sibuk melayani pelanggan.
Ia memang berharap agar yang bisa memproduksi tidak hanya di kota besar melainkan di setiap daerah. Bahkan, alamat jahitin.com ada di Diamond Park Residence B5-1, Sedati, Sidoarjo, Jawa Timur. “Kami melihat peluang dan tren yang ada, apa yang sekarang paling dibutuhkan masyarakat. Kami harus bertahan, sebab kami tidak hanya hidup untuk keuntungan perusahaan tetapi juga terkait kelangsungan hidup para penjahit,” tutur Asri.
Sebagai salah satu pemenang kompetisi startup NextDev, melalui UMKM yang dikelolanya, Asri berharap bisa membantu meningkatkan pendapat para penjahit rumahan.
Inovasi platform pasar digital memang memberi peluang bagi pertumbuhan ekosistem industri dan ekonomi lokal yang ramah biaya. Jahitin.com sudah membuktikan apa pun bisa terjadi dengan inovasi digital, termasuk di masa pandemi seperti sekarang ini.
3. Fransiska P. W. H – Perlo
Fransiska P. W. H – Prelo. Tangkapan layar YouTube
Mungkin belum banyak yang pernah mendengar nama Fransiska Hadiwidjana. Namun, sudah banyak orang yang akrab dengan Prelo, situs dan aplikasi yang dirintisnya.
Prelo, seperti kebanyakan perusahaan berbasis teknologi informasi yang sekarang sedang berkembang di Indonesia, adalah perusahaan start-up yang melayani jual-beli barang. Namun, yang membedakan dari para pesaingnya, Prelo memfokuskan pada jual-beli barang bekas bermerek. Mayoritas barang yang dijual berupa barang fashion dan kosmetika, dan kini juga sudah merambah ke barang lain, seperti gadget dan buku. Selain itu, Prelo juga menyediakan jasa titip dan sewa.
Prelo menggunakan sistem rekening bersama sehingga dijamin terpercaya untuk melakukan transaksi jual beli. Perusahaan ini didirikan dengan semangat ramah lingkungan, yang bertujuan mengoptimalkan barang bekas agar tidak terbuang begitu saja. Sebelum menjadi Prelo, embrio perusahaan ini adalah Kleora, startup e-commerce khusus perempuan. Prelo merupakan rebranding dari Kleora yang bertujuan untuk menjaring demografi lebih luas, dan ini terbukti dengan berkembangnya Prelo.
Fransiska yang merupakan alumni Informatika ’08 juga masuk ke dalam daftar 10 Pengusaha Wanita Paling Inspiratif di Bidang Teknologi Dari SEA versi Forbes. Prestasinya tidak hanya itu. Fransiska sempat mengikuti program tahunan Singularity University Graduate Studies Program 2012 (GSP 12), yaitu insititut pendidikan interdisipliner yang berlokasi di NASA AMes Research Park dengan bekerja bersama Google, Nokia, Autodesk, dan lainnya.
Berada di dunia teknologi informasi yang identik dengan banyaknya laki-laki tidak membuatnya gentar. “Ketika saya masuk jurusan teknologi informatika ITB, hanya ada 20 persen perempuan dalam satu kelas. Memang sedikit jumlah perempuan tapi untuk menghapus stigma ini, kita harus percaya dengan apa yang kita bisa,” Fransiska mengingatkan.
“Saya selalu berfokus di software atau perangkat lunak. Memanfaatkan pengembangan perangkat lunak agar menjadi sesuatu yang berguna bagi masyarakat itu selalu menjadi cita-cita saya,” jelasnya.
Pada wawancara dengan salah satu stasiun radio lokal, ia menceritakan bahwa ketika duduk di bangku SD, dirinya telah memiliki ketertarikan pada dunia teknologi. Semua itu berawal dari hobinya bermain game dikomputer. Hal itu pun yang membuatnya semakin penasaran untuk mengotak-atik komputer. Dunia komputer dan programming merupakan suatu hal yang menarik bagi Fransiska. Oleh karena itu, ia pernah meraih kemenangan dalam kompetisi coding dan pemrograman.
4. Melia Winata – Du Anyam
Melia Winata – Duanyam. Dok. Instagram pribadi.
Melia Winata, Chief Marketing Officer dan Co-founder Du Anyam & Krealogi. Awalnya ia dilibatkan dalam usaha grosir dan eceran milik keluarganya serta berkesempatan meniti karir di industri pialang real estate, membuat pengalaman dan pola pikir strategis bisnis Melia semakin berkembang. Dengan kompetensi dan kredibilitasnya di bidang wirausaha, serta jaringan yang luas, Melia berharap agar ia bisa memperluas produksi dan jaringan usaha kecil dan menengah semakin pesat melalui Krealogi.
Berkat hasratnya yang tinggi dalam dunia bisnis, melia berhasil mengelola sendiri lebih dari 100 portofolio penjualan di Du Anyam. Perempuan lulusan melboune University ini juga telah membawa Du Anyam menjadi salah satu merchandise resmi Asian Games 2028.
Melia Winata dipilih oleh Forbes menjadi anak muda paling berpengaruh dalam Forbes Indonesia “30 under 30” 2020. Semoga pencapaian ini menjadi inspirasi anak muda dan wirausaha sosial lainnya dalam berkarya untuk negeri.
Lahirnya Du Anyam pada tahun 2014 berangkat dari tingginya masalah sosial ekonomi dibalik angka malnutrisi pada ibu dan anak di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur.
Saat itu, biaya kebutuhan sehari-hari masih menjadi tantangan tersendiri bagi masyarakat desa. Masyarakat seringkali harus menunggu musim panen tiba untuk memperoleh pendapatan, sehingga masyarakat tidak memiliki tabungan yang cukup dan merasakan kesulitan dalam melakukan perencanaan keuangan.
Hal ini menyebabkan tingginya angka malnutrisi pada anak serta ketidakmampuan masyarakat untuk membuat keputusan pembelian kebutuhan pokok yang mempertimbangkan gizi.
Tak sedikit keluarga yang hanya mengandalkan sepetak kebun di rumah mereka sebagai sumber pangan. Bahkan banyak pula di antara mereka yang terpaksa harus menempuh perjalanan berjam-jam menuju pasar di desa atau kabupaten lain demi menjual hasil anyaman untuk membeli makanan atau komoditas lain karena rantai pasok yang tidak efisien.
Didorong oleh keinginan untuk memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak di pedesaan Indonesia, didirikanlah Du Anyam (Du’a: ibu; Anyam: menganyam)