Seorang dekan di salah satu universitas terbesar di Maroko menolak memberikan gelar kehormatan dan ijazah kepada mahasiswa terbaiknya di sebuah acara wisuda. Alasannya karena mahasiswa tersebut menggunakan keffiyeh atau kufiya, yaitu sebuah syal yang menjadi simbol perlawanan Palestina. Hal ini viral di media sosial dan membuat netizen marah.
Dilansir dari The Arab News, insiden ini terjadi pada akhir pekan di Sekolah Tinggi Teknologi, bagian dari Universitas Hassan II di Casablanca, pada upacara penghargaan bagi mahasiswa berprestasi.
Saat dipanggil ke atas panggung, Mohammed Talbi, dekan Fakultas Sains di Ben M’Sik, yang juga merupakan bagian dari Universitas Hassan II, awalnya berusaha membujuk mahasiswa tersebut untuk melepaskan keffiyeh yang dikenakannya. Dekan itu menganggap keffiyeh sebagai bentuk ‘pernyataan politik’ yang tidak pantas digunakan untuk upacara wisuda.
Hal tersebut langsung ditolak oleh mahasiswa bersangkutan dan sang dekan mendapat ejekan dari penonton wisuda. Akhirnya, dekan itu turun meninggalkan panggung sembari menggelengkan kepalanya sebagai tanda tidak setuju.
Mendengar protes audiens, akhirnya, seorang perwakilan kampus naik ke atas panggung dan menyerahkan ijazah kepada mahasiswa tersebut.
Aksi Dekan Tuai Kecaman
Ilustrasi/Foto: Europa Press via Getty Images/Europa Press News
Persatuan Pendidikan Tinggi dan Penelitian Ilmiah mengutuk insiden tersebut. Dilansir dari Morocco World News, mereka menyatakan bahwa tindakan tidak bertanggung jawab tersebut terjadi pada saat universitas-universitas di seluruh dunia menyaksikan dukungan luas terhadap perjuangan rakyat Palestina di tengah genosida yang dilakukan Israel.
Serikat pekerja menekankan bahwa perilaku tersebut dilakukan dalam lingkungan akademis di mana kebebasan berekspresi harus diutamakan. Tindakan tersebut tidak hanya berdampak pada mahasiswa tetapi juga dosen, pegawai lembaga, serta mahasiswa lain dan orangtua.
“Ini terjadi pada saat yang sensitif ketika warga Maroko merasakan kesakitan dan kepahitan akibat kejahatan genosida terhadap rakyat Palestina yang dilakukan Israel, dengan menggunakan bentuk-bentuk penganiayaan, penyiksaan, dan pembunuhan yang paling buruk,” kata serikat pekerja tersebut dalam sebuah pernyataan.
[Gambas:Instagram]
Banyak Kampus yang Batalkan Acara Wisuda
Ilustrasi/Foto: REUTERS/Michelle McLoughlin
Insiden dekan menolak memberikan ijazah kepada mahasiswa yang memberikan kuffiyeh terjadi pada saat beberapa universitas dan sekolah lainnya di Maroko membatalkan acara kelulusan. Alasannya karena mereka ingin menghindari para pelajar menunjukkan dukungan mereka pada Palestina, yang mereka anggap sebagai tindakan yang ‘bermuatan politik’.
Dilansir dari The New Arab, mahasiswa sastra Arab di Fakultas Seni dan Humaniora di Rabat, yang berafiliasi dengan Universitas Mohammed V, mengatakan mereka dilarang mengadakan upacara wisuda karena menunjukkan solidaritas mereka terhadap Palestina.
Fakultas Ilmu Pemerintahan Universitas Politeknik Mohammed VI (UM6P) juga membatalkan upacara wisuda pada 11 Juli, kurang dari 48 jam sebelum tanggal yang dijadwalkan.
Persatuan mahasiswa UM6P untuk Palestina mengatakan acara tersebut kemungkinan besar dibatalkan karena mereka berencana untuk menunjukkan solidaritas dengan mengenakan keffiyeh saat pidato perpisahan mereka.
Hubungan Maroko dan Israel yang Ditentang Rakyat
Ilustrasi/Foto: SOPA Images/LightRocket via Gett/SOPA Images
Maroko menjadi negara keenam di kawasan Arab yang secara resmi mengakui Israel. Pada 10 Desember 2020, Israel dan Maroko sepakat untuk menjalin hubungan diplomatik. Namun, dilansir dari Al Jazeera, hanya sekitar 13 persen rakyatnya yang mendukung keputusan itu.
Sejak perjanjian normalisasi Maroko dengan Israel pada tahun 2020, UM6P telah menandatangani kesepakatan dengan delapan universitas Israel, termasuk Universitas Ibrani Yerusalem (HUJ), yang terkenal karena kolaborasinya dengan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dalam pengembangan teknologi militer.
Keffiyeh sendiri telah menjadi atribut yang sering dikenakan mahasiswa pada upacara wisuda di seluruh dunia. Hal ini menunjukkan bahwa para siswa dengan berani menentang hubungan pemerintah dan sekolah mereka dengan Israel di tengah genosida yang sedang berlangsung di Gaza.
Tak hanya itu, sejak serangan Israel ke Palestina sejak 7 Oktober 2023, ribuan warga Maroko turun ke jalan untuk mendesak pemerintah agar memutus hubungan diplomatik dengan Israel.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di lumpkinsjail? Yuk, gabung ke komunitas pembaca lumpkinsjail, Lumpkinsjail.org.
(naq/naq)