LUMPKINSJAIL.ORG, Jakarta – Masih terekam dalam ingatan momen Hari Kebaya Nasional yang digelar begitu menawan di Istana Negara bertajuk Istana Berkebaya pada 6 Agustus 2023 lalu. Tak hanya peragawati, model, selebritis, dan para perempuan pejabat negara yang melenggang di panggung fashion turut memeriahkan acara yang melibatkan sejumlah desainer kebaya tersebut. Mulai dari Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Ariel Tatum, Tissa Biani, Andien, dan masih banyak lagi.
Ya, kebaya memang telah ketok palu diperingati setiap 24 Juli melalui Keppres No. 19 Tahun 2023 yang dicetuskan Presiden Joko Widodo dengan misi rangka menjaga dan melestarikan kebaya sebagai identitas nasional perekat bangsa yang bersifat lintas etnis dan telah berkembang menjadi aset budaya yang sangat berharga. Selain itu, kebaya juga menjadi busana yang dikenakan dalam berbagai kegiatan baik yang berskala nasional maupun internasional.
Tanda tanya bersama perihal apakah kebaya akan ikut dalam daftar Perwakilan UNESCO Warisan Budaya Tak Benda sendiri atau bergabung dengan Negara ASEAN lain akhirnya menemukan jawaban.
Melalui proses yang penuh dengan dinamika, lima negara di Asia Tenggara yang mengenal kebaya sebagai busana tradisional perempuan yaitu Indonesia, Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Thailand membentuk hubungan budaya bersama atau shared culture. Untuk itu, lima negara ini secara bersama-sama menyepakati mengusulkan kebaya ke dalam daftar Intangible Cultural Heritage (ICH) The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO).
Iriana Jokowi tampil berkebaya encim saat membuka Istana Berkebaya, Minggu, 8 Agustus 2023/Foto: Instagram/Jokowi
Sebelumnya, Singapura bersama dengan Brunei, Malaysia, dan Thailand, melakukan pengajuan menominasikan kebaya untuk dimasukkan dalam Daftar Perwakilan UNESCO Warisan Budaya Tak Benda. Kemanusiaan. Hal ini diungkapkan oleh Dewan Warisan Nasional (NHB) dalam keterangan tertulisnya, Rabu, 23 November 2022.
Pendaftaran kebaya bersama tiga negara lainnya ini akan menjadi nominasi multinasional pertama Singapura, yang melibatkan empat negara. Nominasi multinasional untuk pakaian tradisional wanita, yang mewakili bagian penting dari warisan Melayu dan kota pelabuhan Singapura, juga mencerminkan perpaduan unik budaya di Asia Tenggara, pertama kali diusulkan dan dikoordinasikan oleh Malaysia.
Mengingat betapa khasnya kebaya, membuat Ketua Umum Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI), Rahmi Hidayati turut bicara, menurut dia selama ini pihaknya telah menggelar berbagai acara dan program untuk mendukung Kebaya Goes to UNESCO.
“Perlu diketahui negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam mengajak Indonesia untuk mendaftar bareng. Nah, padahal kalau bisa single nation mengapa tidak, kita punya catatan panjang sejarah kebaya, sejak 300-400 tahun lalu kebaya yang memiliki bukti kesejarahaan,” ucap Rahmi melalui live Instagram Cerita Cantika bertajuk Kebaya dan Anak Muda, 12 Agustus 2022.
Ada pun jenis kebaya yang disepakati dan diusulkan dalam daftar Intangible Cultural Heritage (ICH) atau kebaya goes to UNESCO sebagai nominasi bersama tahun 2023 ialah Kebaya Labuh dari provinsi Kepulauan Riau dan Kebaya KErancang atau dikenal sebagai Kebaya Encim dari Betawi.
Kebaya Kerancang, Hasil Kreasi Lokal dan Kristalisasi Budaya
Selain kebaya labuh, kebaya kerancang atau akrab kita sebut sebagai kebaya encim juga turut didaftarkan ke UNESCO. Jika mengutip dari laman Warisan Budaya Kemdikbud, mulanya kebaya encim berasal dari bordir kerancang merupakan hasil kreasi seni perempuan Betawi yang diadaptasi dan kristalisasi budaya yang datang dan menetap itu.
Bisa saja berasal dari Cina, Arab, Belanda, Portugis dicampur dengan kemampuan pengolahan dan imajinasi masyarakat Betawi. Model kerancang sendiri merupakan metamorfosa dari satu bentuk yang orang zaman dulu sering pakai, sekitar tahun 1880-an. Tidak sedikit pula yang mengenalnya dengam sebutan kebaya encim, lebih dekat dengan peranakan.
Aurelie Moeremans dalam balutan kebaya encim. Foto: Instagram/@aurelie
Kerancang memiliki ciri bordir yang terbuat pakai tangan, yang dalam bahasa lebih arkais lagi disebut terawang. Bahan dasarnya bisa pakai lace dan silk dengan bordir khas yang dibentuk sondai. Kalau dulu jahitnya pakai tangan atau handmade, nah sekarang sudah jarang makanya keahlian turun-temurun juga menjadi nilai penting atau memori yang terpelihara bagi pengajuan kebaya kerancang.
Pemakaian busana ini biasanya menjadi pendamping pengantin dalam pesta perkawinan. Kelengkapannya sebagai berikut: Tata rias wajah menggunakan bedak yang disesuaikan dengan warna kulit pemakai dan busananya sementara rias mata tidak diperkenankan pakai cat eye atau fancy look. Sanggulnya dengan model yang dinamakan konde bunder. Mengenakan kain sarung batik Betawi, Lasem dan Cirebonan dengan kepala kain berbentuk tumpal, tombak, buket, susur, dan sebagainya. Alas kaki, selop tutup bertatahkan emas permata yang sekarang diganti dengan mote atau polos.
Perhiasan yang dikenakan, antara lain; anting seketel atau giwang asur, gelang listering atau gelang ular, cincin bermata berlian, dan kalung tebar (kalung dapat diganti dengan peniti tag atau peniti cangrang atau peniti rantai tiga bahkan bisa juga dengan kalung rantai polos biasa berliontin).
Keserasian menjadi unsur penting bagi pemakaiannya. Sebagai tambahan dapat dikatakan, peniti rantai tiga dan kalung liontin biasanya dipakai oleh ibu-ibu muda usia sementara peniti tag atau peniti cangkrang umumnya dipakai oleh ibu-ibu di atas usia lima puluhan tahun. Namun pada perkembangan di masa sekarang ini, orang lebih mementingkan selera daripada batasan-batasan tradisi yang hingga kini banyak yang belum bisa diungkapkan maksud dan maknanya itu. Pengaruh pergaulan atau gaya hidup perempuan metropolitan memberikan keleluasaan bagi pemakainya atau karena mode.
Mengutip ungkapan Yves Saint Laurent yakni “Fashion fades, style is eternal”— maka kebaya kerancang pun kian disayang karena fungsinya yang versatile yang menjelma dalam gaya masing-masing pemakainya. Bisa dikenakan dalam acara formal, sakral, maupun casual. Kamu bisa memadupadankan dengan ragam wastra Nusantara, selendang, hijab, obi atau ikat pinggang, celana denim, rok plisket sampai sneakers kesayangan. Tak ada yang benar-benar pakem saat mode dan busana tradisional telah dikawinkan.
Pilihan Editor: Tak Hanya Seremonial, Ini Alasan Mengapa Perlu Ada Hari Kebaya Nasional
KORAN TEMPO | KEMDIKBUD
Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika