Berita

Kisah Didiet Maulana dan Kebaya, Berbagi Cerita dan Ilmu di Acara Kebaya Wicara

×

Kisah Didiet Maulana dan Kebaya, Berbagi Cerita dan Ilmu di Acara Kebaya Wicara

Share this article


Dalam rangka memeringati Hari Kebaya Nasional yang jatuh pada tanggal 24 Juli 2024, Kebaya Wicara diadakan pada Minggu (28/7) di Pos Bloc Jakarta oleh Bakti Budaya Djarum Foundation. Acara ini merupakan bagian dari Kebaya Fest yang berlangsung 16-28 Juli di lokasi yang sama. Komunitas Kebaya Menari selaku inisiator Kebaya Fest memiliki misi mengajak generasi muda untuk berkebaya dengan cara yang menyenangkan.

Oleh karenanya, acara ini dikemas secara menarik. Lagu Kebaya Indonesia dirilis dan dinyanyikan oleh 5 perempuan berbakat, yaitu Andien, Rieka Roslan, Yuni Shara, Iga Mawarni dan Nina Tamam. Lagu ini khusus diciptakan oleh Rieka Roslan untuk merayakan Hari Kebaya Nasional.

Tak sampai situ, dalam perhelatan Kebaya Wicara, pengunjung diajak untuk mengenal kebaya lebih lanjut, mulai dari sejarah hingga maknanya. Dalam kesempatan ini pula, Didiet Maulana berbagi ilmu tentang kebaya dalam acara Kebaya Wicara yang sudah melekat dalam kehidupannya.

Kebaya memiliki makna sentimental bagi Didiet Maulana. Desainer dibalik label SVARNA by Ikat Indonesia ini melihat Eyang Uti (nenek) mengenakan kebaya ke mana saja. Bahkan saat kecil, Didiet belajar cara mengenakan kebaya yang benar dan padu padan aksesori darinya. Dari sini, timbullah rasa cinta terhadap kebaya hingga mendorongnya keliling nusantara untuk melakukan riset selama 6 tahun untuk memperdalam dan 1,5 tahun untuk penulisan buku Kisah Kebaya (2021).

Mengenal Pakem Kebaya Klasik

Kebaya Wicara/ Foto: Dok. Bakti Budaya Djarum Foundation

Didiet memaparkan lebih lanjut tentang pakem kebaya. Kebaya klasik merupakan kebaya yang masih mengindahkan pakemnya. Pakem kebaya klasik tersebut antara lain memiliki bukaan di bagian depan, menggunakan kancing, peniti/bros yang sekaligus berfungsi sebagai aksesori, punya variasi panjang mulai dari sejajar dengan panjang lengan hingga ke lutut, serta variasi di bagian bawah yaitu potongan lurus atau lancip.

Sementara pakem tampilan kebaya secara keseluruhan seperti bawahan batik dengan panjang tidak lebih dari mata kaki.


 


Kebaya Modern Tetap Pertahankan Esensi
Kebaya Wicara

Kebaya Wicara/ Foto: Dok. Bakti Budaya Djarum Foundation

Dewasa ini, kebaya klasik mulai berasimilasi dengan unsur-unsur lebih modern. Inilah yang disebut dengan kebaya modifikasi. “Kebaya yang telah melalui proses evolusi ini cenderung lebih variatif, bebas, dan santai. Melalui kebaya modifikasi, pengguna kebaya memiliki ruang untuk mengekspresikan diri lebih luas lagi,” ujar Didiet Maulana.

Tidak ada yang salah dengan modernisasi kebaya, tapi kebaya yang dimodifikasi harus tetap mempertahankan esensinya. Didiet melanjutkan, “Kita perlu memahami akar sejarah dan budaya kebaya agar dapat mengapresiasi nilai-nilai tradisional yang terkandung di dalamnya dan memastikan bahwa setiap inovasi dan perubahan tidak menghilangkan esensi kebaya”. Sebab bagaimanapun, kebaya merupakan sebuah kekayaan yang patut dibanggakan dan dilestarikan sebagai warisan budaya bangsa.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di lumpkinsjail? Yuk gabung ke komunitas pembaca lumpkinsjail Lumpkinsjail.org. Caranya DAFTAR DI SINI!



(dmh/dmh)



Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *