Berita

Perjalanan Karier Rieke Dyah Pitaloka: dari Politisi, Akting hingga Menulis Puisi Spiritual

×

Perjalanan Karier Rieke Dyah Pitaloka: dari Politisi, Akting hingga Menulis Puisi Spiritual

Share this article



LUMPKINSJAIL.ORG, Jakarta – Menjadi anggota dewan selama tiga periode menorehkan banyak cerita dan tantangan tersendiri bagi Rieke Dyah Pitaloka. Terlebih, sebelumnya perempuan asal Garut ini popular berkat aktingnya di Bajaj Bajuri dengan peran ikoniknya sebagai Eneng. Masyarakat terkesan dengan tingkah polah Eneng waktu ia masih aktif sebagai aktris. 

Oleh sebab itu, ia membutuhkan ruang untuk healing, tempat melepaskan keresahan dan kegelisahan yang tidak harus selalu dikatakan, salah satunya dengan menulis puisi di buku kumpulan puisi terbarunya bertajuk Ruang Doa.

“Ruang doa itu adalah ruang healing bagi saya dan dengan perjalanan tiga periode DPR RI, berarti 15 tahun masih ada yang percaya. Berarti akan tambah lagi 5 tahun, berarti 20 tahun. Jadi peristiwa-peristiwa yang terjadi terkait juga dengan apa yang saya perjuangkan pada akhirnya,” ucap Rieke usai ditemui di acara pembacaan puisi Ruang Doa Kamis, 13 Juni 2024. 

Perempuan kelahiran 8 Januari 1974 ini memberi contoh peristiwa yang terjadi di tanah air, misalnya orang-orang yang bekerja di pemerintahan tapi upahnya tidak langsung dibayar dan peristiwa lainnya yang terkait dengan sistem dan kemanusiaan. Termasuk saat dirinya menunaikan ibadah haji dan umrah melihat kenyataan jemaah haji yang meninggal di Tanah Suci. 

“Tapi kita kan enggak boleh marah di sana, seolah-olah jadi peringatan gitu. Di Arafah, di Mekah, di Muzdalifah kalau mati dilarang marah gitu. Nah, saya marah sebenarnya karena kok bisa kayak gini? Kasihan orang tua-orang tua yang baru bisa berhaji setelah menunggu berpuluh-puluh tahun lalu. Menurut saya ada tata kelola haji kita yang mesti diperbaiki,” imbuh dia. 

Mencari Jalan Keluar dengan Membaca Al Quran

Melalui puisi spiritualnya ini diakui Rieke sebagai salah satu cara lebih tenang dalam menyikapi sesuatu yang terjadi dan cara pandangnya terhadap sebuah peristiwa yang terjadi. Kalau sebelumnya ia merasa meledak-ledak dalam menyikapinya, seperti di kumpulan puisi Renungan Kloset: Dari Cengkeh Sampai Utrecht. Dalam kumpulan puisi ini, isinya jauh lebih tenang dan bernuansa spiritual. 

“Mungkin karena faktor usia juga, ya jadi cara meresponsnya tidak meledak-ledak sepeeti dulu, tapi bukan berartti saya tidak mengerjakan apa yang sudah menjadi tugas saya. Sebab waktu ketika saya bekerja adalah jejaknya, tapi bagaimana cara saya merespons peristiwa itu dengan membaca ayat suci Al Quran,” kata Rieke yang menyukai puisi sejak kecil. 

Rieke meyakini saat membaca ayat suci Alquran  setiap masalah itu sebetulnya kalau kita orang Islam jalan keluarnya  ada di dalam Alquran. Cuma karena bahasanya perumpamaan-perumpamaan jadi cara penafsiran membaca Alquran itu berbeda-beda. Tapi ayat-ayat suci Alquran bagi saya adalah kekuatan untuk bisa bertahan dalam pekerjaan yang tidak mudah ini,” ucap Rieke. 

Keuatan Doa

Rieke tidak bisa memisahkan kehidupan sehari-harinya dengan doa. “Jadi negara ini adalah ruang doa, setiap mau kerja selalu ada doa di situ, setiap keputusan berdoa dulu, setiap aku ngomong berdoa dulu gitu. Jadi alhamdulilah sih, perjalanan yang cukup panjang yang sangat saya syukuri diberikan kesempatan untuk memaknai semua apa yang saya lakukan ini menjadi ruang doa. 

Saat disinggung bagaimana memaknai hidup, dengan mantap Rieke mengatakan agar mengalir saja yang terpenting ia masih punya ruang berekspresi seperti menulis dan berkesenian. Kalau soal syuting baginya dirasa cocok waktu dan perannya mengapa tidak dicoba lagi. 

“Saya berharap setidaknya untuk diri saya tidak membuat saya menjadi berjarak dengan peristiwa yang terjadi dalam realitas kehidupan sehari-hari. Jadi yaitu doa itu adalah perjuangan kita semua yang dilapisi, diawali, diiringi, dan diakhiri dengan doa. Jujur kerjaan saya berat dan tidak mudah apalagi ketika harus membongkar beberapa kasu besar. Kadang pengen nyerah gitu, tetapi ketika kita balik lagi di atas kekuasaan manusia itu yang paling berkuasa itu adalah kekuasaan Tuhan yang tidak mungkin dikalahkan.”

Pilihan Editor: Najwa Shihab Bicara Kekuatan Doa Orang Tua: Amunisi Pertama dan Utama Saya

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *