Berita

Daftar Wakil Presiden Perempuan di Dunia, dari Megawati Soekarnoputri hingga Kamala Harris

×

Daftar Wakil Presiden Perempuan di Dunia, dari Megawati Soekarnoputri hingga Kamala Harris

Share this article


LUMPKINSJAIL.ORG, Jakarta – Wakil presiden perempuan di dunia ternyata tidak sebanyak kepala negara atau pemerintahan, berdasar data yang dihimpun Cantika hanya terdapat tiga nama perempuan yang permah menduduki jabatan wakil presiden. Siapa sajakah perempuan berpengaruh tersebut, simak daftar wakil presiden perempuan berikut ini: 

Presiden ke-5 RI sekaligus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Megawati Soekarnoputri menandatangani berita acara pelantikan pengurus Jaringan Kota-Kabupaten Tapal Sejarah Bung Karno (Jaket Bung Karno) di Situs Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT), Jumat 31 Mei 2024. Dalam kunjungan yang merupakan rangkaian dari peringatan Hari Lahir Pancasila 2024, Megawati Soekarnoputri mengukuhkan pengurus Jaringan Kota-Kabupaten Tapal Sejarah Bung Karno (Jaket Bung Karno). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat

Pemilik nama lengkap Diah Permata Megawati Setiawati Soekarnoputri ini lahir di Yogyakarta pada 23 Januari 1947. Megawati adalah anak kedua dari pasangan Fatmawati dan Soekarno, presiden pertama Indonesia. Mengikuti jejak sang ayah, Megawati menjadi presiden Indonesia kelima dan merupakan presiden wanita pertama di Indonesia. Dia menjabat sebagai kepala negara pada 23 Juli 2001 hingga 20 Oktober 2004.

Megawati menjadi presiden setelah MPR mengadakan Sidang Istimewa pada 2001. Sebelumnya, dia menduduki posisi sebagai wakil presiden pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Dia juga merupakan ketua umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) pada 1999.

Perjalanan Karier Politik Megawati

Sebagai politikus, Megawati telah melewati perjalanan karier politik yang panjang. Perjuangannya di kancah politik Tanah Air tentu tak bisa dilepaskan dari partai yang dipimpinnya, PDI Perjuangan.

Perempuan yang akrab disapa Mega ini pertama kali terjun ke dunia politik pada 1986 atau tepatnya saat berusia 39 tahun. Saat itu, dia menjabat sebagai wakil ketua PDI Cabang Jakarta Pusat. Karier politiknya sendiri terbilang cukup mulus, dia hanya butuh waktu satu tahun untuk menjadi anggota DPR RI dengan daerah pemilihan atau Dapil Jawa Tengah.

Kemudian, dalam Kongres Luar Biasa PDI yang diselenggarakan di Surabaya pada 1993, Megawati terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum PDI. Dia menjadi perempuan pertama yang menduduki pucuk kepemimpinan partai, setidaknya selama Orde Baru. Pengukuhannya pun terjadi dengan suara bulat diiringi tepukan riuh dari para pendukungnya.

Namun, pemerintah saat itu tidak puas dengan terpilihnya Megawati sebagai Ketua Umum PDIP. Dia pun diturunkan dalam Kongres PDI di Medan pada 1996. Kongres tersebut kemudian memilih Soerjadi sebagai Ketua Umum PDI atas peran Presiden Soeharto.

Megawati saat itu tetap mempertahankan kantor DPP PDI di Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat. Namun kubu Soerjadi mengerahkan massa untuk merebut paksa kantor DPP PDI pada Sabtu, 27 Juli 1996. Peristiwa itu akhirnya berujung pada kerusuhan massa di Jakarta. Peristiwa berdarah itu disebut Kudatuli atau kerusuhan dua puluh tujuh Juli.

Menurut catatan Komnas HAM, peristiwa itu menyebabkan lima orang meninggal, 149 orang luka-luka, 136 orang ditahan, dan 23 orang dihilangkan secara paksa dalam dan pasca- peristiwa. Akibat dari peristiwa itu, PDI pun terbelah menjadi pro-Megawati dan pro-Soerjadi. Pada Pemilu 1999, PDI kubu Mega berubah nama menjadi PDI Perjuangan.

Selanjutnya, Megawati kembali terpilih menjadi Ketua Umum DPP PDI Perjuangan pada 1998. Kepemimpinan Megawati sedianya berlangsung hingga tahun 2003, tetapi PDIP kemudian menggelar Kongres I di Semarang, Jawa Tengah pada 2000. Kendati kembali mengukuhkan Megawati sebagai Ketua Umum, masa jabatannya diperbarui dari 2000 hingga 2005.

Pada rentang 20 Oktober 1999 hingga 23 Juli 2001, Megawati menjadi Wakil Presiden Indonesia mendampingi Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur). 

2.  Isabel Peron 

Isabel Peron. Wikipedia

Isabel Peron awalnya menjabat sebagai wakil presiden Argentina dari tahun 1973 hingga 1974, periode waktu yang snagat singkat. Kala itu, ia menggantikan sang suami Juan Peron. Pada tahun 1974 hingga 1976, Isabel Peron menjabat sebagai kepala negara wanita pertama Argentina dan Amerika Selatan. Ia juga mendapat kehormatan sebagai presiden wanita pertama meski tidak terpilih menjadi presiden.

Ia lahir dari keluarga kelas menengah ke bawah, memperoleh nama Isabel (nama orang suci) saat menerima konfirmasi Katolik Roma, dan menggunakan nama itu saat menjadi penari. Ia bertemu Juan Perón pada tahun 1955 atau 1956 dan, meninggalkan kariernya di bisnis pertunjukan, menjadi sekretaris pribadinya, menemaninya dalam pengasingan ke Madrid, tempat mereka menikah pada tahun 1961. 

Ia mengunjungi Argentina beberapa kali pada tahun 1960-an dan awal 70-an, membangun dukungan untuk suaminya. Ketika ia akhirnya kembali ke Argentina untuk mencalonkan diri sebagai presiden pada tahun 1973, Isabel dipilih sebagai calon wakil presiden atas saran penasihat dekatnya.José López Rega Pasangan itu memenangkan pemilihan umum, dan mereka mulai menjabat pada bulan Oktober 1973. Penyakit Juan beberapa kali mengangkat Isabel ke posisi presiden sementara, dan ia menggantikannya saat Juan meninggal pada tanggal 1 Juli 1974.

Diketahui impian awal Isabel adalah bekerja di bisnis pertunjukkan dan tari. Namun, ia bertemu dengan Juan Peron yang merupakan seorang politikus Argentina yang terkenal pada masanya. Pada pertengahan tahun 1950-an, Isabel memilih melepas karir dan impiannya dan bekerja sebagai sekretaris Juan. Selanjutnya di tahun 1961, ia menikah dengan Juan dan keduanya terpilih menjadi presiden dan wakil presiden Argentina di tahun 1973.

Baru naik ke tampuk kekuasaan, suaminya meninggal dunia dan Argentina menghadapi ketidakstabilan ekonomi serta kerusuhan politik. Meski begitu, Isabel menolak untuk mengundurkan diri sehingga terjadi kudeta militer.

Karena hal itu, ia ditahan selama lima tahun hingga akhirnya diasingkan ke Spanyol. Isabel didakwa pada tahun 2007 karena mengizinkan kekejaman hak asasi manusia yang dilakukan oleh Aliansi Antikomunis Argentina saat menjadi presiden. Tapi Spanyol menolak untuk mengekstradisi Isabel dan tidak diadili karena perbuatannya.

Namun sebelum Isabel menjabat, pada 1951,  María Eva Duarte de Peró, istri kedua Presiden Argentina Juan Domingo Perón  mengadakan kampanye agar dimungkinkan mencalonkan diri menjadi Wakil Presiden Argentina. Hal ini ditentang oleh militer Argentina, kaum elit, dan akhirnya suaminya sendiri. Andaikan Evita terpilih, ia akan menjadi wakil presiden perempuan pertama di dunia.

Kamala Harris memiliki nama lengkap Kamala Devi Harris. Dia lahir pada 20 Oktober 1964 di Oakland, California, Amerika Serikat. Saat ini Kamala Harris menjabat sebagai Wakil Presiden Amerika Serikat dalam pemerintahan Demokrat yang dipimpin Presiden Joe Biden.

Dia adalah perempuan dan orang Afrika-Amerika pertama yang memegang jabatan tersebut. Melansir dari Britannica, sebelumnya dia pernah bertugas di Senat Amerika Serikat pada 2017-2021 dan sebagai Jaksa Agung California pada 2011-2017 lalu.

Ayah Kamala Harris adalah orang Jamaika yang mengajar di Universitas Stanford. Sedangkan, ibunya adalah seorang peneliti kanker sekaligus anak dari seorang diplomat India. Kamala memiliki adik perempuan bernama Maya Harris yang menjadi advokat kebijakan publik.

Kamala adalah lulusan dari Howard University pada 1986 untuk bidang ilmu politik dan ekonomi. Dia kemudian melanjutkan pendidikannya dalam bidang hukum di Hastings College of Law, University of California. Melansir dari situs resmi White House, pada 2014 Kamala menikah dengan Douglas Emhoff. Mereka memiliki keluarga campuran besar yang mencakup anak-anaknya, Ella dan Cole.

Perjalanan Karier Kamala Harris

Orangtua Kamala Harris adalah seorang aktivis yang menanamkan rasa keadilan kuat kepada anak-anaknya. Suatu hari, Kamala diajak ibunya pergi menyaksikan demonstrasi akan hak-hak sipil. Pengalaman ini ternyata mengilhami Kamala untuk mewujudkan mimpi melawan ketidakadilan sebagai seorang jaksa.

Setelah menyelesaikan pendidikannya, Kamala bergabung dengan Kantor Kejaksaan Distrik Alameda County pada 1990. Kala itu, dia mengambil fokus pada penyelesaian kasus pelecehan seksual terhadap anak, kekerasan geng, dan perdagangan narkoba.

Dia kemudian menjabat sebagai pengacara pengelola di Kantor Kejaksaan Distrik San Francisco dan kemudian menjadi kepala Divisi Anak-Anak dan Keluarga untuk Kantor Kejaksaan Kota San Francisco. Pada 2003, Kamala naik jabatan dan terpilih sebagai Jaksa Wilayah San Francisco.

Saat memegang jabatan tersebut, dia membuat program terobosan untuk memberikan kesempatan bagi pelaku penyalahgunaan narkoba untuk mendapatkan gelar sekolah menengah atas dan mendapat pekerjaan. Hal ini dianggap sebagai inovasi nasional oleh Departemen Kehakiman Amerika Serikat.

Pada 2010 Kamala akhirnya terpilih sebagai Jaksa Agung California. Dia bertanggung jawab mengawasi departemen kehakiman negara bagian terbesar di Amerika Serikat tersebut. dengan posisinya, dia membela Undang-Undang Perawatan Terjangkau di pengadilan, menegakkan hukum lingkungan, dan menjadi pemimpin nasional dalam gerakan kesetaraan pernikahan.

Pada 2017, dia dilantik menjadi Senat Amerika Serikat sebagai anggota Komite Keamanan Dalam Negeri dan Urusan Pemerintahan Senat. Dia juga bekerja di Komite Intelijen Senat untuk menjaga keamanan rakyat dan membantu mengamankan pemilu Amerika Serikat. Sebagai Senator, dia memperjuangkan banyak hal, termasuk memerangi kelaparan, meningkatkan pelayanan kesehatan, dan mengatasi krisis iklim.

Pada Agustus 2020, Kamala Harris menerima undangan dari Joe Biden untuk menjadi cawapresnya dalam pemilu Amerika Serikat. Mereka pun berhasil mendapatkan perolehan suara terbanyak dan menjadi pemimpin Negeri Paman Sam tersebut.

Dengan terpilihnya Kamala Harris sebagai Wakil Presiden Amerika Serikat, hal ini menjadikannya sebagai wanita pertama, orang Amerika kulit hitam pertama, dan orang Amerika keturunan Asia Selatan pertama yang menduduki posisi tersebut.

Pilihan Editor:  Hadiri Rakernas PDIP, Puan Maharani dan Megawati Soekarnoputri Kompak Berbusana Serbahitam

TEMPO | BRITANNICA

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *