Media sosial mendadak diramaikan dengan fenomena ASI bubuk yang mulanya dibagikan oleh content creator berinisial NS. Ia membagikan pengalamannya saat menggunakan jasa suatu perusahaan yang bisa mengubah ASI yang encer, menjadi bubuk.
Dalam videonya yang viral di TikTok, ia bercerita mulanya ASI dikirim dalam bentuk beku di cooler box sebanyak 1 liter. Lalu, 2 minggu kemudian ia mendapatkan kembali ASI yang telah dikirim sebelumnya, tapi dalam bentuk bubuk yang tersimpan dalam 20 sachet, dengan berat masing-masing sebanyak 5 gram.
Setelah video diunggah, ramai komentar netizen di kolom komentar hingga para dokter sampai IDAI angkat bicara.
Nah biar nggak asal ikutan tren, simak yuk sederet hal yang perlu kamu pahami soal ASI.
1. ASI adalah cairan hidup, bukan susu
Ilustrasi asi/Foto: Getty Images/iStockphoto/FotoDuets
Ramainya soal konten tersebut, Dr Tan angkat bicara di laman Instagramnya. Ia mengatakan bahwa ASI adalah cairan hidup, bukan susu. ASI bisa berubah, setiap waktu.
“Asi bukan susu seperti yg kalian pahami. Tapi cairan hidup. Setiap saat berubah. Setiap waktu merupakan komposisi dinamis antara kebutuhan bayi dan sinyal ibu yang merespons. Cairan hidup mengandung komponen hidup – yang mati tak guna jika direbus apalagi dibikin jadi produk,” tulisnya di laman Instagram.
2. ASI bisa mengalami perubahan dengan cepat
Ilustrasi asi/Foto: Getty Images/iStockphoto/MonthiraYodtiwong
Perlu diketahui, bahwa ASI mengalami perubahan yang sangat cepat. Seorang ibu akan menghasilkan ASI yang sempurna untuk bayi, sesuai dengan tumbuh kembangnya.
ASI yang dihasilkan oleh ibu di usia bayi 3 bulan akan berbeda dengan bayi berusia 9 bulan. Bahkan, mengutip Western Missouri Medical Center mengatakan susu bisa berubah dari hari ke hari. Misalnya, kandungan air dapat meningkat pada saat cuaca panas dan bayi sakit untuk memberikan hidrasi ekstra.
Lalu, mengutip Womens Health, ASI saat pertama kali bayi menyusui adalah berwarna encer kebiruan. Menjelang akhir sesi menyusui, bayi akan mendapatkan ASI yang kental dan berlemak, untuk memberikan bayi kalori yang dibutuhkan untuk tumbuh sehat dan kuat.
3. ASI tak bisa asal diberikan dalam Islam
Ilustrasi asi/Foto: Getty Images/iStockphoto/ImagingStocker
Untuk mayoritas umat muslim, ASI tak bisa asal diberikan kepada bayi siapa saja. Hal ini menyangkut dengan hubungan mahram. Pasalnya, setelah mendonorkan ASI, maka bisa membuat bayi menjadi mahram dengan anak yang disusui oleh ibunya.
Karena itu, metode freeze-drying yang mengirimkan ASI kepada suatu perusahaan untuk dibekukan, belum jelas apakah ASI tersebut terkontaminasi dengan ASI lainnya atau tidak.
4. Kata Para Dokter Soal Kandungan ASI bubuk
Ilustrasi asi/Foto: Getty Images/iStockphoto/Ratchat
Beauties pasti tahu jika selama ini metode yang digunakan oleh banyak ibu untuk mengawetkan ASInya ada dengan pembekuan ke dalam freezer. Dr Utami Roesli SpA dalam pesan WhatsAppnya yang dibagikan oleh Dr Tan di laman Instagram menjelaskan, jika cara seperti itu saja masih bisa menimbulkan perubahan fisik pada ASI.
“Pembekuan ASI yang lazim dilakukan pada praktik rumahan, telah diteliti dapat menimbulkan serangkaian perubahan fisik pada komponen utama ASI, seperti pecahnya membran gumpalan lemak dan perubahan misel kasein, penurunan komposisi faktor bioaktif protein seiring lamanya penyimpanan beku,” katanya.
Lalu, terkait ASI bubuk, pun belum diketahui soal nutrisinya yang berubah.
“Dampak pengeringan beku pada komponen penting ASI saat ini masih belum diketahui. Proses ini dinyatakan dapat mempertahankan struktur molekul susu, namun mengingat penggunaan suhu tinggi saat proses pengeringan untuk menghilangkan kandungan air, freeze-drying memiliki dampak pada rasa dan kualitas ASI. Tanpa bukti penelitian yang memadai, hingga saat ini belum jelas apakah freeze-dryed ASI memiliki rasio protein, lemak, karbohidrat yang tepat sebagai sumber nutrisi penting yang dibutuhkan bayi, berikut zat aktif untuk kekebalan tubuh dan tumbuh kembang bayi,” lanjutnya.
Ditambah, ASI bubuk juga tidak melalui prosedur pasteurisasi yang bisa membuat terkontaminasinya bakteri.
“Metode freeze-drying juga tidak melalui prosedur pasteurisasi yang bertujuan membunuh bakteri berbahaya. Dalam hal ini, pasteurisasi sengaja dihindari untuk menjaga probiotik vital yang ada dalam ASI. Dengan demikian, maka risiko kontaminasi tetap menjadi ancaman, khususnya pada saat rekonsiliasi penambahan air pada bubuk freeze-dryed ASI sebelum dikonsumsi bayi,” kata Dr Utami, dikutip dari Instagam drtanshotyen.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di lumpkinsjail? Yuk, gabung ke komunitas pembaca lumpkinsjail, Lumpkinsjail.org. Caranya DAFTAR DI SINI!
(ria/ria)