Berita

Ramai Video Remaja Mengolok-olok Anak Palestina, Ini 5 Cara Tanamkan Rasa Empati di Sekolah

×

Ramai Video Remaja Mengolok-olok Anak Palestina, Ini 5 Cara Tanamkan Rasa Empati di Sekolah

Share this article



LUMPKINSJAIL.ORG, Jakarta – Dua hari terakhir tengah viral video empat remaja perempuan yang makan di restoran cepat saji yang dikenal terafiliasi dengan Israel. Mereka mengolok-olok makanan tersebut sebagai anak Palestina.

Mereka seakan mengingat konten yang dibuat influencer dalam mendukung warga Palestina sebagai korban pembunuhan Israel.

Beberapa warganet memang pernah meramaikan konten-konten boikot produk Israel dan mengibaratkan jika seseorang memakan sajian dari restoran pro Israel sama saja dengan memberikan dukungan dana kepada Israel. Maka ditampakkan sajian yang penuh dengan darah, granat, hingga rudal yang menggambarkan betapa menyeramkan tindakan Israel kepada Palestina.

Para remaja itu menyebut tulang ayam sebagai tulang anak Palestina. Lalu saos sambal sebagai darah Palestina serta daging ayam yang dimakannya sebagai daging anak Palestina. Mereka merekam sambil makan tanpa perasaan iba dan bersalah, dan sesekali tertawa.

Barangkali empati mereka belum terasah dan belum mendapat informasi detail tentang kekejaman yang terjadi di Gaza. Atau kurangnya edukasi dari orang tua dan guru.

Dikutip dari binus.ac.id, guru atau dosen dapat membantu anak-anak dan remaja untuk melalui jurang ini dengan memberikan contoh dan mendorong mereka  melakukan tindakan, baik itu membela rekannya yang dicela, membantu memecahkan masalah, atau sesederhana mendengarkan seseorang yang sedang ada masalah.

Berikut beberapa langkah penting bagi sekolah atau institusi pendidikan menanamkan empati pada anak dan remaja:

1. Memberikan contoh empati

Saat guru merasa kesal kepada murid, berhenti sejenak, tarik nafas dalam-dalam dan coba lihat situasi dari sudut pandang mereka sebelum merespon.

Ketika seorang siswa kesal, coba bayangkan perasaan mereka atau cari alasan dari sikap mereka sebelum mengarahkan kembali sikap mereka.

Waspadai isyarat non-verbal siswa dan berikan tindak lanjutnya. Misalnya, jika seorang siswa merosot di kursinya dan terlihat menarik diri atau marah, katakan sesuatu seperti “Saya perhatikan kamu lebih diam dari biasanya, apa ada yang membuatmu kesal?” dan tidak menegur dengan kasar.

2. Minta masukan dari murid

Meminta masukan dari siswa ketika memungkinkan (misalnya saat membuat peraturan kelas, atau mengumpulkan ide untuk tugas kelompok) – dan benar-benar dengarkan. Cari kesempatan untuk memberikan umpan balik dan menanggapi kebutuhan mereka.

3. Ajarkan tentang apa itu empati dan kenapa empati itu penting

Jelaskan dengan baik bahwa empati adalah memahami dan peduli terhadap perasaan orang lain dan bertindak untuk membantunya. Jelaskan bagaimana empati dapat memperbaiki keadaan kelas dan komunitas sekolah

Tekankan pentingnya memperhatikan dan memiliki empati terhadap orang-orang di luar lingkungan main, termasuk mereka yang berbeda.

Berikan contoh bagaimana bertindak atas rasa empati, seperti membantu, berbuat baik, atau sesederhana mendengarkan orang lain dengan baik.

4. Berlatih

Buat kesempatan untuk berlatih dalam melihat sudut pandang orang lain dan membayangkan apa yang orang lain pikirkan. Bermain peran, membaca dan berdiskusi tentang buku, gunakan studi kasus “apa yang akan kamu lakukan, jika…..”

Sebutkan penghalang sikap empati, seperti stereotip, stres, atau ketakutan akan konsekuensi sosial ketika menolong teman yang tidak terkenal. Bagikan strategi khusus untuk menghadapi situasi tersebut. Misalnya, dorong murid untuk memberikan support kepada temannya yang dibully secara diam-diam.

5. Libatkan program bimbingan dan konseling

Bangun keterampilan emosional dan sosial, seperti mengendalikan amarah dan kekecewaan dan menyelesaikan konflik. Gunakan program berbasis bukti sosial dan pembelajaran emosional untuk mengajarkan kebiasaan tertentu untuk menenangkan diri dan menyelesaikan permasalahan yang muncul. Gunakan nasihat dan konseling bimbingan untuk mengembangkan keterampilan sosial dan etika mereka.

Saat ini sudah banyak sekolah dan institusi yang menyadari pentingnya peranan empati dalam penguasaan keterampilan di dunia kerja dan konsep-konsep yang berkaitan dengan empati semakin terintegrasi dan menjadi standar-standar baru. Bahkan di beberapa negara, kata “perspektif” sudah menjadi standar di beberapa mata pelajaran.

Dalam membimbing para remaja untuk melihat perspektif, sekolah dan perguruan tinggi dapat membantu mereka untuk berlatih empati. Semoga bermanfaat.

Pilihan Editor: Gigi Hadid dan Bella Hadid Sumbang Hampir Rp17 Miliar untuk Anak Palestina

BINUS

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *